Harapan

Aku jeruk berkualitas buruk sedang memperhatikan ia yang berada disana, ia yang sedang berada dalam kotak bertuliskan SWALAYAN, ya dia adalah jeruk berkualitas baik yang sedang dibanggakan oleh petani disini. 

Aku menyukainya, tau kah kau bahwa aku sangat menyukainya? 

Ya, kau barang tentu tidak mengetahuinya karena hanya aku yang tau bahwa aku mencintainya. Aku memperhatikannya, aku tenggelam dalam lamunan tentangnya, bahkan aku bermimpi tentang dirinya. Namun, ia  berada pada posisi bahkan aku pun tidak mampu mendekat kepadanya. Ia mengacuhkan, ia menenggelamkan semua lamuanan tentangnya, seolah ia berkata "Kau, tidak dapat mendekat padaku wahai jeruk berkualitas buruk yang tidak tahu malu", begitulah rasa yang tak ku lukiskan pada mulutku yang tertutup kulit tebal berwarna kuning. 

Ia mengikuti kegiatan lomba yang diadakan petani untuk menambah akreditasi kebun ini, ia mengikuti kegiatan itu, aku juga ingin karena dengan begitu aku bisa berada di dekatnya. Tapi sayang, petani yang ku banggakan itu tidak melirik dan membiarkanku untuk mengikuti hal itu.

Ia dilukiskan sebagai puncak panorama alam panen kali ini.

Ia adalah jelmaan calon penerus kehidupan masa depan panen kali ini.

Ia adalah salah satu penopang kesuksesan masa depan kebun jeruk ini.

Aku sadar, aku tidak bisa menggapainya. Aku bahkan tidak mampu memandang jerih payahnya yang tidak sebanding dengan apa yang telah aku lakukan untuk dapat berada ditaraf kualitas yang sama dengannya.

Aku putuskan untuk meninggalkan rasa yang kumiliki untuknya, dan pergi ke tempat lapak kaki lima, yang merupakan tempat seharusnya aku berada. 

Aku putuskan pergi meninggalkannya untuk membiarkan dia berjalan beriringan dengan jeruk berkualitas baik pula.

Karena, seharusnya dibalik jiwa yang memiliki kualitas baik harus didampingi oleh jiwa yang berkualitas baik pula.

Aku menyerah dan aku siap melangkah pergi.